Monotone/Colorfull
(Alur cerita 3 tahun, dibungkus dengan sesingkat mungkin)
Rain Adyavi, seorang remaja biasa yang selalu menganggap hidupnya monoton. Ia sudah kehilangan kedua orangtuanya, sekarang dia dirawat oleh kakaknya. Ia melihat dunia dari sudut pandang monokromatik, hanya ada hitam, putih, dan jika kau melihat dengan saksama, abu-abu. Dia pendiam, cerdas, namun kritis, skeptis, dan kadang filosofis untuk umurnya. Dia memiliki sedikit teman dan sedikit semangat hidup, sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis.
Perkenalkan, nama dia Aria Davina. Dia adalah seorang gadis energik, penuh semangat, dan easygoing. Dia tidak terlalu memilih teman, ramah, dan baik. Dia melihat dunia sebagai tempat penuh warna, dan dia menjalani hidup dengan sepenuhnya seakan dia akan tiada besok. Dia hidup bersama kedua orangtuanya yang penyayang.
Tahun pertama di sekolah yang sama, mereka berdua sekelas. Rain harus memulai dari nol, membangun hubungan pertemanan baginya sulit apalagi dengan orang baru, akhirnya dia lebih sering mengunjungi teman lamanya di kelas-kelas lain. Dia hanya berteman dengan Raka, teman seperjuangannya dari masa SMP, dan Adera yang merupakan satu-satunya teman perempuan yang ia miliki.
Suatu hari, tugas kelompok di kelasnya memaksanya untuk bersosialisasi. Dia ditempatkan di kelompok yang sama dengan Aria. Dia membiarkan dirinya menjadi anak buah, dibimbing oleh Aria dan sesekali membantu teman-teman. Saat tugas yang didapat tampak lebih sulit dari perkiraan, Rain yang merasa nilainya sendiri ikut terancam akhirnya memilih untuk berinisiatif membimbing, mengajari apa yang dia bisa pada temannya dan khususnya pada Aria yang paling mengalami kesulitan.
Di hari berikutnya, berikutnya, dan berikutnya, Aria sering meminta bantuan pada Rain jika mengalami kesulitan belajar. Rain sendiri tidak pernah keberatan, dan kadang berinisiatif mengajari lebih dulu sebelum ditanya. Tanpa sadar Rain mendapatkan seorang teman baru.
Sebuah persetujuan mutual dibentuk. Aria mau Rain mengunjungi rumahnya, dan sebagai gantinya dia akan mengunjungi rumah Rain. Rain bertemu dengan kedua orang tua Aria, bahkan sampai makan bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aria mengunjungi rumah Rain, bertemu dengan kakaknya. Dari sini, Aria tahu bahwa Rain sendiri juga menjalani hidup yang sulit tanpa orang tua.
Raka dan Adera yang mengetahui hal diatas merasa senang, setidaknya Rain bisa memiliki seorang teman baru selain mereka berdua. Adera yang tergolong orang yang peka bisa melihat antusiasme tersendiri saat Rain bercerita tentang Aria.
Sayangnya, Aria punya rahasia. Dia mengidap sebuah penyakit langka bernama Duchenne Muscular Distrophy, sebuah penyakit yang mempengaruhi otot dan ketahanan tubuhnya, membuatnya cepat kelelahan. Penyakit ini juga menyerang paru-paru dan jantungnya, membuatnya sering pingsan. Suatu hari, setelah mereka berdua saling bercanda, tiba-tiba Aria jatuh pingsan. Rain mulai menyadari kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aria darinya, mengingat diantara semuanya Aria paling sering absen sakit.
Tahun kedua, hubungan masih begitu erat. Rain menceritakan sudut pandangnya mengenai dunia, bahwa dunia itu monoton, monokromatik, tidak banyak yang bisa terjadi, hanya sedikit hal menyenangkan bisa terjadi. Aria menyanggah pendapat Rain dengan kenaifannya yang tertata, pernyataanya adalah "Sesuatu yang mustahil akhirnya akan terjadi jika diberi waktu yang cukup. Jadi, sesuatu yang membahagiakan pasti akan terjadi jika diberi waktu yang cukup".
Lagi, Aria mengalami pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Rain mencoba menyingkirkan traumanya dan mengunjunginya. Aria terbaring lemah di tempatnya, tersenyum dengan ramah seakan tidak terjadi apa-apa.
Aria semakin sering absen sakit, lalu dalam salah satu kunjungannya Rain mengetahui kalau Aria sedang menjalani terapi fisik. Sesekali Rain mengunjunginya saat dia dirumah sakit, mendampinginya menghadapi masa-masa sulit.
Tahun ketiga, Aria sudah terlalu lemah untuk berjalan sendiri, dia sekarang harus duduk diatas kursi roda bahkan saat kesekolah. Rain semakin mendekatkan diri dengannya, melihat cerminan dirinya pada diri Aria. Dia mendorongkan kursi rodanya, membantunya melakukan hal-hal kecil yang tidak bisa dia lakukan. Aria sendiri semakin sering masuk rumah sakit, sedangkan Rain mulai kembali terpuruk melihat keadaan Aria yang sekarang.
Masih tahun ketiga, menjelang kelulusan, tinggal hitungan bulan. Aria menjalani rawat inap, Rain selalu berusaha untuk membesuk Aria jika ada waktu, Aria masih menampakkan semangatnya, dia bahkan minta diajari materi yang dia tertinggal disekolah. Rain memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya diderita oleh Aria, tetapi Aria hanya meminta pada Rain untuk tidak terlalu memikirkannya. Sebuah janji terlambat diucapkan, mereka akan saling mendukung satu sama lain.
Tahun ketiga, tinggal hitungan hari dari perpisahan. Kondisi Aria semakin memburuk, dia harus memakai selang oksigen, dia hampir tidak bisa bicara. Selain kedua orang tua Aria, Rain juga selalu berusaha untuk mendampingi Aria, mendukungnya melalui masa sulit ini.
Besok adalah perpisahan, tetapi Aria seperti sudah tidak memiliki harapan. Dia dirujuk ke unit ICU, tubuhnya dipenuhi kabel-kabel dan selang-selang. Di hari itu, Rain ditemani kakaknya ikut menunggu di rumah sakit bersama kedua orang tua Aria walau kondisinya canggung, tetapi kedua orang tua Aria bisa mengerti siapa Aria sebenarnya di mata Rain, dan siapa Rain dimata Aria.
Keesokan harinya, di hari perpisahan dan kelulusan, bukanlah duka kebahagiaan yang datang. Air mata berlinang, tangisan terdengar dari ujung lorong, seseorang telah tiada. Rain merasa dirinya sangat terpukul sampai-sampai dia tidak bisa menahan beban tubuhnya sendiri, menangis dalam pelukan kakaknya.
Keesokan harinya setelah pemakaman Aria, kedua orang tuanya memberikan sebuah surat yang ditinggalkan Aria untuk Rain. Surat terakhir itu menyayat hati, berisi kenyataan yang tidak pernah diketahui Rain, berisi curhatan dan perasaan dari seorang gadis yang harus sekarat selama sisa hidupnya setiap hari. Rain berjanji pada dirinya sendiri, dia harus melihat dunia dengan cara yang berbeda. Aria sudah mengajarinya, bahkan saat dihadapkan dengan kegelapan abadi yang pasti akan datang dia masih mencoba untuk bahagia. Di baris terbawah surat terdapat ucapan terimakasih untuk Rain.
Trivia:
- Hari perpisahan dalam cerita ini bertepatan dengan hari meninggalnya Aria, perpisahan dalam arti harfiah.
- Rain dalam bahasa inggris berarti "hujan". Nama ini digunakan karena bisa mendeskripsikan sifatnya yang selalu tenang sama seperti suara hujan rintik yang bisa menenangkan, tetapi juga selalu berada dalam mood yang suram, sama seperti klise biasa bahwa hujan juga bisa mendeskripsikan suasana yang sunyi atau suram.
- Aria, dalam ilmu musik opera adalah sebuah nyanyian tunggal yang sendu dan dibawakan dengan penuh perasaan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa penamaan Aria menggambarkan tokohnya yang emosional, dan memiliki efek emosional bagi Rain.
- Judul Monotone/Colorfull berarti penggambaran sudut pandang kedua tokoh utama yang bertolak belakang. Monotone (monoton/hitam putih) dan Colorfull (penuh warna/warna-warni).
Setting latar:
- Tempat: Indonesia, spesifik tidak disebutkan, wilayah dekat dengan kota
- Waktu: Masa sekarang, jelas sebelum pandemi. Jika di setting sesudah atau saat masa pandemi maka penulis harus memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan perubahan sistem layanan kesehatan yang akan mempengaruhi perawatan yang diterima Aria.
- Eh... pendidikan tokoh?: Masa SMA atau sederajat. SMA is preferable because it is more generic[1].
- Duchenne Muscular Distrophy, atau DMD merupakan penyakit genetis dan lebih sering ditemukan pada laki-laki, walau ada kasus langka dimana penyakit ini di diagnosis pada perempuan. Penyakit ini tidak memiliki mortality rate yang tinggi selama gejalanya dirawat dengan benar (lihat Distrofi Otot - Wikipedia Bahasa Indonesia atau Muscular Distrophy - English Wikipedia).
- Jika
Aria bisa mendapatkan perawatan dan operasi bedah yang lebih baik,
maka hidupnya bisa berlangsung antara 24 tahun bahkan sampai 40
tahun. Latar yang diletakkan di Indonesia merupakan salah satu
penyebab kepergiannya, sederhananya sistem kesehatan di Indonesia
tidak bisa mendukung perawatan Aria, dan juga terlalu mahal baginya. Selain itu, DMD yang dideritanya merupakan jenis baru yang langka dan lebih mematikan, walau didunia nyata jenis ini tidak ada.
- Cerita ini terinspirasi dari "ill girls trope" yang sering muncul di drama-drama zaman Victoria, drama-drama barat, dan drama-drama Asia (khususnya Korea dan Jepang). Ill girls trope menggambarkan tokoh perempuan utama yang disayangi oleh protagonis, tetapi tokoh perempuan ini mengidap penyakit terminal. Quoting from one theatre expert in TVtropes "Ill girls trope is a depiction of often young, terminally ill girl who the more she is sick because her disease, the more beautiful she will be in his eyes."[2]
[1] SMA lebih diutamakan karena lebih generik.
[2] Mengutip dari seorang ahli pementasan theater di TVtropes "Ill girls trope adalah sebuah penggambaran dari seorang gadis muda yang mengidap penyakit mematikan, yang mana semakin sakit dia, maka semakin cantik dia dimatanya."
- Status penulisan: Draft, sudah 9 bab
Komentar
Posting Komentar