Terserah vol.1: Part 2, Anime, dan Kenapa Mereka Menarik
Part 2 of Terserah vol.1
Kita mulai menjadi aneh!
Lagi, ini semua bias dan subjektif, hanya pendapat pribadi. Jadi dimohon jangan menganggapnya terlalu serius.
"Sekali lagi, jangan dianggap serius."
Sebelumnya kita membahas Sinetron, dan sekarang Anime?! Ini aneh dan a little shady. Jadi mari kita mulai.
Sebagai klarifikasi, aku biasanya hanya menonton seri yang sudah lama selesai, misalnya seperti seri Wagnaria!, Jormungand, seri K-On!, dan sedikit anime lama seperti Elfen Lied dan the cult classic Serial Experiment Lain (my favourite).
Jadi, apa yang menarik dari anime? Pendapat pribadiku mengatakan ada beberapa.
Pertama, para tokoh-tokohnya biasanya adalah remaja, dan mengingat demografi penontonnya maka ini bisa dijadikan alasan kenapa banyak yang suka anime. Selain itu, terlepas dari elemen fantasi yang ada di anime, dan juga perbedaan antara budaya kita dan mereka. Banyak anime mengangkat tema yang umum dan bisa ditemukan di mana saja, tema ini adalah "mengejar mimpi". Favoritku adalah K-On! dan impian band mereka untuk konser di Budokan (aku belum nonton yang movienya), lalu ada Rakudai Kishi no Chivalry yang terlepas dari fanservicenya, masih menceritakan tema yang sama dengan Kurogane Ikki yang terlepas dari beragam kekurangan dan kelemahan dan bullying, ia masih berjuang keras mengejar mimpinya bertarung di Festval Tujuh Musim.
Selain itu, ada beberapa niche yang ditawarkan oleh anime. Untuk cerita yang darker and edgier, kau punya anime seperti Ergo Proxy dan Elfen Lied yang berani frontal. Fanservice bisa ditemukan di High School DxD Hero, Azur Lane, dan lainnya (aku tidak memahami mereka...). Selain itu, masih banyak lagi niche lainnya dan beragam ide dan genre lainnya dengan tone mereka masing-masing.
Mengingat produksi anime di kemudikan oleh kualitas dan mayoritas target audience (di Jepang) mereka juga berpendidikan tinggi, maka kualitas mereka juga lebih terkendali, dengan lebih banyak proses kreatifitas disana-sini. Sebagai contoh, Serial Experiment Lain merupakan sebuah anime yang tidak tipikal, perlu berpikir untuk memahami cerita, bahkan mengangkat tema-tema filosofis. Contoh lain adalah film Koe no Katachi (also my all time favorite) yang mengangkat tema tentang disabilitas (khususnya tunawicara) dan bullying.
Tentu, seperti semua hal di dunia. Anime juga punya sisi buruk.
Kecanduan anime itu ada, and that's a thing. Ini khususnya sering terjadi di negeri asalnya, dengan kultur otaku dan weabo. Selain itu, ada hal gila seperti jatuh cinta pada tokoh anime 2 dimensi (sulit dipercaya, tetap terjadi)!
Konten negatif (tergantung dari bagaimana kau mendefinisikan negatif) juga bisa di temukan di anime. *Uhuk-uhuk* hentai *uhuk-uhuk*. Tetapi lagi, hentai merupakan genre tersendiri, dan untuk menemukannya pun lebih sulit. Selain itu, kultur di sekitar hentai juga self contained, setidaknya disini. Mereka yang nonton hentai tidak akan mengakui mereka menontonya, dan mereka hanya berbagi link dengan sesama mereka (tidak seperti video porno yang di "viralkan").
Akan tetapi, semua sisi negatif diatas bisa ditutupi oleh fakta bahwa untuk menemukan anime itu sudah sulit di Indonesia, dan juga anime tidaklah populer di sekitar sini. Tentu, kau bisa membajaknya leat internet, tetapi jika kau mau menontonnya lewat layanan streaming semacam Funimation atau semacamnya, harganya mahal. Selain itu, anime bukanlah hal yang bisa viral di tengah budaya kita, khususnya melawan sinetron, dan video viral *masukkan nama artis di sini*.
Jadi... Anime itu menarik, ada positif dan negatifnya, susah viral, dan sulit diakses.
Aku bahkan juga sudah lama tidak nonton anime. Sayōnara!
"Jangan dianggap serius."
Komentar
Posting Komentar