NIGHT'S STORY: Part 6
Cerita ini mengandung deskripsi sensualitas. Elemen ini terjadi di antara dua karakter secara konsensual, dan di gambarkan secara non-eksplisit. Walau begitu, pembaca di harap bijaksana dalam membaca, khususnya bagi para pembaca yang mungkin merasa konten seperti demikian berlebihan atau membuat tidak nyaman.
Cerita
ini ditulis oleh seseorang yang tidak pernah memiliki hubungan romantis
atau seksual, anggap cerita ini sebagai tulisan EKSPERIMENTAL.
NIGHT'S STORY: Part 6 by Pengkhayal Pasif is licensed under CC BY-NC-SA 4.0
NIGHT'S STORY: Part 6
Gemuruh riuh getaran udara meredam suara lainnya. Laki-laki itu melihat keluar jendela, melihat muka Bumi yang perlahan mulai menjauh, semakin jauh, hingga akhirnya digantikan oleh awan tak berujung. Ada ratusan orang yang ikut terbang bersamanya, tidak satupun ada yang ia kenal.
Pintu besi itu berdesir menutup, kemudian di ikut oleh hentakkan momentum saat ruangan kecil itu mulai bergerak naik. Rasanya pengap, menumpangi lift yang sama. Rasanya tidak nyaman, seakan wanita itu menjadi bahan perhatian.
Hentakkan halus membangunkan laki-laki itu dari tidurnya. Ia harus berkerumun, mengantri untuk melangkah keluar dari burung besi ini. Langkahnya memudar, ia tidak menyadari kalau ia sudah tiba di lobi, disambut oleh rekan kerjanya yang mulai menjelaskan padanya tentang angka-angka yang bernilai uang. Jika saja bukan karena pekerjaannya, semua penjelasan itu hanya akan menjadi omong kosong belaka.
Momentum halus menyadarkan wanita itu dari lamunannya. Para penumpang yang lain mulai melangkah keluar menuju tujuannya masing-masing. Ia terdiam sesaat, sebelum akhirnya ia membawa dirinya. Ia tiba di depan sebuah pintu dimana seorang laki-laki asing menyambutnya. Wanita itu memasang wajah senyum menawan, mendengarkan kata-kata manis dari laki-laki asing itu. Jika saja dia bukan kliennya, wanita itu tidak mau mendengarkannya.
Malam telah tiba. Laki-laki itu menarik nafas dalam, duduk bersandar ditemani tumpukkan berkas. Ia menatap keluar, disambut oleh pemandangan gemerlap kota malam. Ia bisa merasakan dinginnya udara diluar sana hanya dengan melihat keluar kaca. Ingin ia pulang ke penginapan, menghabiskan waktu berkencan dengan seseorang. Ia menarik nafas dalam untuk yang kesekian kalinya, kembali menghadapkan dirinya dengan berkas-berkas itu, karena angka-angka yang ada didalamnya tidak akan berhitung sendiri.
Di malam yang sebelumnya, wanita itu sudah lupa berapa gelas sudah ia habiskan. Laki-laki asing itu telah menunggunya di ranjangnya, menunggunya. Wanita itu tahu apa yang laki-laki asing itu sukai, jadi ia berdiri di membelakanginya, memberikan laki-laki asing itu pertunjukkan dengan perlahan menanggalkan pakaiannya. Rasa malunya telah mati rasa, karena ini merupakan bagian dari pekerjaannya. Ia menaiki ranjang itu, mendatangi laki-laki asing itu, karena mereka tidak akan tidur sendiri di malam ini.
Pagi telah tiba. Laki-laki itu terbangun dari tidurnya yang seharusnya singkat. Matanya berputar ke sekelilingnya, ia masih di temani tumpukan berkas yang sama, hanya saja kali ini jumlahnya mulai berkurang. Ia membalas sapaan dari rekan kerjanya sambil mengusap matanya, sebelum ia pamit untuk beranjak pulang ke penginapannya, agar ia bisa mempersiapkan diri memulai harinya.
Di pagi sebelumnya, wanita itu bangun lebih awal seperti biasanya. Ia mendapati kliennya masih nyenyak tidur. Tanpa membangunkannya ia beranjak dari ranjangnya, langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah ia membersihkan dan membungkus diri, ia mendapati laki-laki asing itu telah terbangun dari tidurnya, namun terasa atmosfer tidak acuh darinya. Wanita itu menagih dan mendapatkan bayarannya, sebelum ia pamit pergi dan memulai harinya.
Siklus itu terus mereka ulangi setiap hari, tidak tahu untuk berapa lama lagi.
Dengan bab ini maka berakhirlah Arc One. Aku agak kesulitan menulis arc berikutnya karena masalah mental dan akademis, namun aku berjanji Night's Story tidak akan mati selama aku masih hidup.
BalasHapus